Harmud


Saturday, November 22, 2008

CINTAMU T’LAH BERLALU

Rumput itu bergoyang lagi tertiup angin. Lembaran-lembaran debu yang terus mengibaskan tubuhnya, mengelindap di celah buku daunnya. Berkisah sejenak, meskipun hidupnya tak selalu indah. Dirinya yang sebatas tumbuhan perdu, namun telah turut meramaikan warna-warni dunia. Dengan pasrahnya, diterima deru angin, mencabut beberapa serabut akarnya yang lemah, tiada bersatu lagi dengan tanah.

Keinginan itu muncul lagi, walau sudah kucoba untuk menguburnya dalam-dalam. Tapi, ia rupanya tak mudah menyerah, kali ini. Tiba-tiba saja ia datang menghampiri benakku. Begitu lama ia menari di pikiranku. Memaksa aku agar menuruti keinginannya. Ia begitu lincah bergerak, setiap aku mau menghindarinya dan mencoba untuk sembunyi tak pernah lepas dari sergapannya. Meneteskan secuil mimpi yang indah, lepas di awan, terbang di hamparan langit biru.

Ingatanku kembali pada masa dua tahun silam. Di mana hari-hariku diisi oleh nuansa keindahan. Yah indah bersama orang yang kukasihi. Fauzan, nama itu selalu melekat dalam hati dan pikiranku.

“ Kita akan selalu bersama, kan Zan? “ tanyaku.

“ Pasti !!! aku janji ! “ jawab Fauzan meyakinkanku

Berdua kami tertawa sambil berkejaran. Sesekali Fauzan melemparkan gulungan kertas ke arahku dan akupun membalas lemparannya itu. Kami bergandengan tangan di antara pematang sawah yang hijau.

“ Hati-hati loh, Ra jangan terlalu percaya sama yang namanya cinta “ tutur Asri sahabatku mencoba mengingatkan.

“ Tetapi aku sudah terlanjur percaya dengan cinta. Cinta memberiku warna-warni dalam hidupku ini, As “ jawabku.

“ Aku cuma mengingatkanmu aja, Ra agar jangan terlalu dalam, nanti kamu terperosok ke dalamnya “ kata Asri sambil tersenyum penuh misteri. Aku mencoba menerka arah bicara Asri dan senyumnya yang penuh misteri itu.

Senja itu begitu temaram bagiku. Tak seperti hari biasanya aku selalu riang. Kali ini aku merasa nelangsa. Begitupun ketika Fauzan datang, aku tak bersemangat. Melihat aku tak seperti biasanya Fauzan berusaha menghiburku dengan cerita-ceritanya yang menarik dan jenaka. Aku sedikit terhibur dengan cerita Fauzan tapi tidak dengan hatiku.

Entah mengapa malam itu kata-kata Asri sahabatku selalu terngiang di telingaku dan senyuman penuh misterinya selalu menggangu pikiranku. Aku terus berjalan dan entah mengapa pula kakiku ingin melangkah ke rumah Asri. Tiba-tiba keinginan untuk bertandang krumahnya begitu kuat. “ Ada apa ini? ” gumamku.

Ketika sampai di ujung pagar rumah Asri, terdengar suara tawa kecil milik Asri. Ku buka pintu pagar yang kokoh itu dan betapa terkejutnya aku melihat Asri dan Fauzan sedang tertawa dan Asri bergelayut mesra di bahu Fauzan.

Aku terpaku berdiri di sana, seketika itu pula Asri dan Fauzan terkejut melihat kehadiranku. Agak canggung mereka berdua.

“ Ra, maafkan aku, a…a..aku…” Suara Fauzan terbata. Sementara Asri tertunduk, matanya tak berani menatapku.

“ Maafkan aku, Ra, aku mencintai Fauzan, aku………..” aku tak mau lagi mendengar ulasan dari mereka. Aku melangkah pergi meninggalkan mereka. Rintik hujan turun. Bilur-bilur air mata tak terasa menetes di sela-sela sudut mataku. Sakit, sakit kurasakan dalam hati.

Cintamu t’lah berlalu bagiku, Fauzan, berlalu seperti angin dan seperti debu yang terbang ditiup olehnya. Dan pergi meninggalkan sepenggal hati yang terluka oleh cinta…………….





By : Harmud
Far............
So far away
The words that I want to say
I can nor reach them out for you
Too high to be caught
Too heavy to be carry
Should I?
Should I wait for once again
To know that I love you
or I love the love it self
I do not know
It's just too far away

*******************************************************


The hands of time have changed
Everything drifted away
As the dust of time passed me by
I have been killing the days
Some days are dyin'
And some are dead
But I'm still trying too find out
What I'm looking for
One thing is missing
And one hole is empty
I will sail
Along the reaches of loneliness river
To find out the puzzle





By harmud